Saturday, January 25, 2014

Karena baik burukmu itu takdirku

Sayang, akhir-akhir ini kaca jendelaku selalu basah. Bekalangan tanah tak pernah kering, saat ranting yang jatuh seharusnya patah, ia tidak. 

Aku mencoba menulis satu bait, mengisi suntuk karena hujan tak kunjung reda. Sedikit banyak imajinasiku mengarah padamu. Pada sosok yang meski tak sempurna tapi tak pernah terlihat tidak.

Kamu yang tak melulu baik tetap buatku itu menarik. Kurangmu yang harusnya tak termaafkan menjadi mudah untuk kulupakan. Segala hal yang itu berkaitan tentangmu menjadi penting untukku.

Aku masih cinta, mungkin pada atap itu hujan bercerita hingga tak juga ia berhenti dan berbagi pada pelangi. 
Aku masih cinta. Saat padaku mungkin kau sudah lupa, tapi impian untuk denganmu nantinya di masa depan selalu terenda.

Bersamamu adalah alasanku untuk tak menerima yang lain selain kamu. Kau bergema mengulang dan mengulang semua harapan. Hingga padamu aku jatuh dan tetap merasa utuh. Karena kamu melengkapi, apa yang aku tak punya, denganmu aku sempurna. Seperti itu pernikahan, dan semudah itu berangan. 

Sayang, apa hujan menyampaikan salamku? Rindu disini begitu mengiris diganti air mata yang berakhir diujung bibir. Dalam hati aku berdoa agar disana kau selalu bahagia.

Sewindu tak pernah sebentar, untuk menunggu dalam diam apa yang sebenarnya bagimu itu belum tentu. Empat tahun tak pernah sebentar, untuk suatu pertemuan yang tidak lagi ada tapi mimpi untuk selalu denganmu tak juga hilang. Berjalan seperti apa adanya adalah mudah, tapi susah bila melupakanmu adalah tujuannya.

Jauh sebelum aku tau seperti apa jatuh cinta, mengenal orang sepertimu mengajariku bersyukur. Karena bagiku Tuhan ciptakan kau dengan segala baik burukmu, kurang lebihmu adalah jalan takdirku.

No comments:

Post a Comment