Apakah nyaman selalu berarti cinta? Apakah takut kehilangan selalu berarti ingin memiliki?
Bukankah kita cuma segelintir manusia yg kesepian, lalu saling menemukan seolah menjadi sebuah penghiburan?
Aku bukan rumahmu. Aku tidak senyaman itu. Aku tidak punya kolam ikan, perpusatakaan, saung kecil, ataupun dapur dgn kitchen set mahal seperti rumah2 impianmu. Lantas kenapa kau harus pulang? Aku bukan tak mau kau datang, atau mengizinkanmu untuk tinggal. Tapi bukan aku tempatmu. Aku bukan rumahmu, usah kau membawa peluh lalu mengeluh. Usah kau bawa cerita atau sajak guyon penuh canda. Sekali lagi kukatakan, aku bukan rumahmu. Kau punya tempat lebih layak daripada sebuah ruang kosong berdebu untuk berhenti. Tiada pengharapan disana kau tahu?
Seharusnya memang tak perlu ada perkenalan. Seharusnya memang tak perlu ada kebersamaan. Aku bukanlah tujuanmu, dan kamu adalah tempat yg tidak boleh kusinggahi. Bukan tentang waktu yg tidak tepat. Bukan juga tentang cinta yg salah. Tapi datangnya aku padamu, atau kamu padaku itu yg membuat semua terlihat salah?
Aku pernah bersumpah atas nama Tuhan. Aku pernah membuat pondasi tinggi menjulang. Aku bangun benteng dengan pertahanan paling kuat. Tapi apalah arti itu semua, tentang aku yg merasa hilang saat kamu tak ada. Lalu bagaimana? Bagaimana jika kehadiranmu menjadi sangat penting? Aku tidak pernah tau jalan Tuhan selanjutnya akan seperti apa. Akan kemana nyaman ini jika tidak bersama.
No comments:
Post a Comment