Thursday, November 14, 2013

Pantulan Rembulan di Genangan Air

Menghembuskan nama pada setiap nafas di sujud terakhirku ternyata tak juga memberiku alasan untuk apa kau datang. Tuhan kirimkan bintang untuk temani bulan sepanjang malamnya. Angin temani hujan sepanjang aku terkurung dalam selimut karena ketakutan suara petir. Tapi malam itu bintang berpamitan padaku, katanya hujan akan segera datang dan ia memintaku untuk segera terlelap.

Lalu kenapa jam malamku terasa lebih pendek saat bunyi handphone menenggelamkan aku dari rasa kantuk. Saat aku tau itu pesanmu lalu riuh tawamu membawaku pada mimpi yang lebih indah dari sekedar mimpi di tidurku. Kau selalu tau, aku tak pernah berani tidur karena terlalu takut bermimpi buruk. Tapi ucapan selamat tidur darimu menjagaku dari rasa takut. Seolah kau mengirim ratusan pasukan malaikat untuk menjaga tidurku, menjagamu tetap dalam mimpi-mimpiku.

Ada pada saat kesahan-kesalahan kecil yang kita lakukan ternyata tak lebih besar daripada kita membangun mimpi-mimpi bersama. Mimpi yang di bangun dari jutaan angan kita masing-masing menjadikannya semakin hebat, tapi menjadikan kita semakin kerdil. Bagaimana bisa kita banyak bermimpi sedangkan kita ada dalam batasan untuk tidak boleh tertidur? 

Aku bermimpi bangun di sebelahmu setiap pagi. Mengecup dahimu agar kau sadar dari khayalan-khayalanmu dari yang lain selain aku. Menyiapkan secangkir kopi kesukaan kita. Memasak masakan paling istimewa setiap harinya. Menghabiskan waktu-waktu bersama tanpa bosan, tanpa mengeluh, tanpa takut akan terjatuh, dan selalu berharap bisa tersenyum bersamamu. 

Tapi, kau adalah cahaya rembulan di dalam genangan air. Kau hanyalah pantulan cahaya terang sang rembulan yang tak bisa kuraih. Saat ku coba menggapainya, cipratan air membangunkanku dari semua mimpi-mimpi yang seharusnya tak pernah kita bangun.

AKU SEMAKIN TAKUT UNTUK TIDUR...



No comments:

Post a Comment