"Aku tidak tau mana yang lebih baik. Kehilanganmu sekarang atau nanti."
Indonesia di Januari 2013 sedang mengalami musim penghujan. Sore itu, gerimis jatuh membasahi bumi seperti alunan musik ritmis. Membasahi lapisan kulit anak manusia yang sedang bosan mencari tau makna 'kesendirian'. Beruntungnya ia hanya sendirian, bukan berarti ia kesepian.
Wanita itu merebahkan dirinya di jok belakang mobil sedan. Matanya mengamati setiap tetesan air yang mengumpul di kaca jendela. Ia tersenyum sumringah. Entah bagian mana dalam dirinya yang sangat menantikan hujan. Senyawa petrichor yang menguar ke dalam hidungnya membawa ribuan kebahagian, mengganti sejuta rasa hampa yang menguasai hatinya sejak lama.
Pandangannya beralih pada sesuatu yang bergetar dalam genggamannya. Lampu led smartphonenya berkelip-kelip bak bintang di langit. Dengan malas ia melihat notifikasi, sebuah pesan dari seseorang. Siapa sangka, Tuhan menunjukkan kuasanya. Orang yang dulu hanya bisa dielu-elukannya, tiba-tiba saja dengan mudah mendobrak pintu yang sekian lama ditutupnya. Bahkan tanpa kunci, mampu membuka gembok yang dibuatnya dari baja.
Malam itu entah sudah hari keberapa mereka saling membaur. Tak jarang membagi cerita lebih intens. Saling mengabari apa yang dilakukannya. Orang itu pelan-pelan masuk ke dalam hidupnya, menjadi mimpi indahnya setiap malam, dan menjadi angan-angannya setiap waktu. Wanita itu menyebutnya Captain Tsubasa :)
Kian hari hubungan yang terjalin diantara keduanya makin lekat. Mereka tidak bisa lari dari salah satunya. Seperti ada tali yang mengikat. Setiap detiknya menjadi sangat berharga. Sang Captain mampu membuat wanita itu tersenyum saat menerima pesan darinya. Ia juga mampu membuat wanita itu kalang kabut saat tak menemukan pesan darinya. Bukankah itu seninya jatuh cinta? Sepi saat tak ada, dan bahagia saat bersama.
"Jangan bilang ingin tinggal kalau hanya singgah sebentar." Wanita itu terlalu takut. Ia tidak yakin pada dirinya sendiri akan sesuatu yang dibangunnya. Hatinya bilang iya, tapi pikirannya bilang tidak. Sungguh, tak ada yang lebih mengerikan dibanding hidup dengan hati dan pikiran yang bertolak belakang. Tak ada hidup yang enak dengan ketakutan yang bahkan diciptakannya sendiri.
Sesungguhnya dibalik ketakutan itu adalah rasa tak ingin kehilangan :)
Apa yang bisa dilakukan?
No comments:
Post a Comment